TANGISAN SANG PEMERKOSA

tangisan-sang-pemerkosa.jpg

Tangisan sang pemerkosa. Dia menangis. Airmatanya menetes tapi segera disekanya. Hatinya tergetar seiring terdengarnya suara takbir dari luar sana, dari balik terali besi yang pengap dan suram.

"Bang, abang menangis?" Kudil di sampingnya bertanya.

"Apakah kau tidak ingin menangis, Dil?"

"Aku menyesal, Bang. Apakah Abang menyesal juga?"

"Aku teringat ibuku di kampung, Dil. Biasanya tiap lebaran aku mudik untuk merayakan hari raya bersama ibu, keluarga dan saudara-saudara di kampung. Tapi sekarang dan selamanya aku tidak akan pernah lagi merasakan kebahagiaan itu."

Air matanya kembali menetes, tapi kali ini dia tidak menyekanya. Dibiarkannya mengalir membasahi pipinya yang kasar. Baru kali ini Kudil melihatnya menangis. Temannya yang dipanggilnya Abang itu 3 tahun lebih tua darinya, dan Kudil mengenalnya sebagai laki-laki yang kasar, bahkan kerap memakinya jika Kudil mencuci motor terlalu lama. Mereka berdua tadinya bekerja di tempat pencucian motor, dan Abang adalah senior Kudil. Pemilik usaha pencucian motor itu teman akrabnya Abang.

"Kita ini bodoh, Bang. Seharusnya kita tidak melakukan itu," kata Kudil.

"Kau yang bodoh, Dil. Cewek itu tetanggamu sendiri. Kenapa kau ajak kami untuk memperkosanya? Kalau kau tidak mengajak kami tentu perbuatan itu tak akan terjadi."

"Abang juga bodoh. Kenapa Abang mau? Abang pasti tertarik melihat kecantikannya kan? Lagian Abang sendiri yang menyuruh si Dul, sopir angkot itu, untuk menjebak cewek itu dengan menunggunya sepulang sekolah. Cewek itu kan biasa naik angkotnya Dul kalau pulang sekolah."

"Dul juga bodoh. Kenapa dia mau aja kusuruh seperti itu? Malah dia sengaja gak menarik penumpang siang itu cuma untuk melarikan cewek itu ke rumah kosong milik pamannya Herman."

"Kita semuanya bodoh, Bang. Kita berlima orang-orang bodoh yang gampang diperdaya setan," kata Kudil sambil melihat Dul, Herman dan Tatok yang sedang tertidur.

"Tatok itu yang paling bodoh," sahut Abang. "Padahal cewek itu teman sekolahnya sendiri, tapi kenapa dia ikut-ikutan memperkosa juga?"

"Kita ini penjahat, Bang. Benar-benar penjahat. Kita memperkosa dan membunuh wanita yang tak bersalah pada kita."

Abang menatap Kudil dengan tajam. "Kau yang mengajak aku untuk jadi penjahat, Dil. Gara-gara kau, aku jadi melakukan perbuatan itu. Gara-gara kau, aku jadi mendekam dalam bui ini untuk selama-lamanya. Seumur hidupku."

"Tapi aku juga mengalami nasib yang sama seperti Abang."

"Kasihan ibuku di kampung," kata Abang dengan mata menerawang. "Tiap lebaran aku selalu mudik, dan ibuku selalu menyambut kedatanganku dengan suka cita. Aku adalah anak bungsu dan anak kesayangan ibuku. Tiap aku berada di rumah, ibu selalu memenuhi kebutuhanku. Aku merasakan kasih sayang ibuku, bahkan dia selalu menyiapkan sarapanku selama aku berada di rumah."

Abang kini tidak hanya meneteskan airmatanya, tapi tubuhnya sudah mulai terguncang. Dia sesenggukan seperti anak kecil.

"Kini aku tidak bisa lagi merasakan kasih sayang itu. Bahkan mungkin aku tidak bisa lagi melihat wajah ibuku selama-lamanya, walaupun kini dia masih hidup. Mungkin juga ibuku kini membenciku setelah tau perbuatanku di sini. Aku benar-benar merasa bersalah pada ibu. Aku tidak bisa membalas kasih sayangnya, malah kini aku melukai hatinya dengan perbuatanku."

"Bang..." Kudil hanya bisa menatap temannya dengan perasaan yang sama-sama kacau.

"Dil, aku ini bukan cuma penjahat tapi juga anak durhaka. Aku bukannya membalas kasih sayang ibu tapi malah membuatnya sedih. Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan ibuku sekarang. Lebaran ini aku tidak bisa pulang mudik dan sungkem pada ibu tapi malah berada di penjara untuk selama-lamanya."

"Bang..."

"Aku kangen, Dil... Aku kangen pada ibuku."

Kudil kini hanya bisa terdiam. Airmatanya juga ikut-ikutan menetes. Suasana sejenak menjadi hening. Keduanya terbawa dalam arus perasaannya masing-masing. Sementara di luar sana suara takbir semakin bersahut-sahutan menyambut datangnya hari raya yang membahagiakan bagi setiap orang.

30 Responses to "TANGISAN SANG PEMERKOSA"

  1. Solihin always foreverJuly 3, 2016 at 4:52 PM

    Habis enak merkaos orang bru nangis pepatah juga bingung mau ngata ap, masa pepatah mengatakan "bersenang2 dahulu menangis2 kemudian"

    ReplyDelete
  2. begitulah manusia
    sesal kmudian tiada guna

    ReplyDelete
  3. Buat apa di ciptakan otak kalo gak berpikir sebelum bertindak . :s

    ReplyDelete
  4. cerita yg diambil dari sudut pandang yg berbeda.. pemerkosa tetep aja salah..
    untung belum ada peraturan kebiri ya?

    ReplyDelete
  5. Memang kan sekarang ini lg marak"nya dinyata pemerkosaan massal, saya turut prihatin barang kali manusia sekarang lebih dulu cari enaknya dari pada akibatnya ga dipikirin lg. Kaya contoh diatas memang ada mungkin buat Napi yang menyesal ga bisa merayakan lebaran^^. Jd sekarang ini keimanan dan pergaulan harus dijaga supaya ga ikut yg ga bener :D

    ReplyDelete
  6. penjahat pun bisa menangis

    ReplyDelete
  7. Sedih bnget bacanya.. Mungkin abang itu dapat hidayah..

    ReplyDelete
  8. ya seperti itulah penjahat kalau sudah dipenjara pasti bilangnya nyesel coba kalau tidak dipenjara pasti akan melakukan lagi dan lagi

    ReplyDelete
  9. mampir lagi kak
    ngajak saur terakhir...

    ReplyDelete
  10. TahiLalatZ D LuffyJuly 5, 2016 at 3:51 PM

    :D Yaelah... Tobat Tong Tobat.... :lol:

    ReplyDelete
  11. terharu juga sih mendengar cerita kudil dan temanya dibalik jeruji besi andai mereka tidak melakukannya mungkin ini semua tidak terjadi tapi apa daya mereka sudah berbuat dan mungkin inilah yang bisa membuat mereka jera

    ReplyDelete
  12. sekejam-kejamnya preman tetep kalah sama nasehat ibu..
    oh ya sob..
    minal aidin wal faidzhin
    mohon maaf lahir dan bathin

    ReplyDelete
  13. haduh.. Anak indonesia parah banget masih aja juga yg begituan.

    ReplyDelete
  14. minal aidin gan
    maap baru bisa mampir

    ReplyDelete
  15. Makannye jangan turuti hawa nafsu jadinya gitu deh dipenjara

    ReplyDelete
  16. wih jadi terharu ane

    ReplyDelete
  17. sedih gan :(
    kalo ada waktu mampir ya kegubuk ane :v

    ReplyDelete
  18. Solihin always foreverJuly 12, 2016 at 11:32 AM

    Miris readnya jga

    ReplyDelete
  19. Hadir lagi
    cuma mu menyampaikan isi hati
    meski telat ini tetap berarti :D
    Taqabbalallahu minna wa minkum
    Minal aidin wal faizi
    Mohon maaf lahir bathin

    ReplyDelete
  20. sudah menyesal dan bertaubat
    semoga tak terulang lagi

    mohon maaf lahir batin

    ReplyDelete
  21. berkunjung lagi kak
    tumben belum update terbaru...

    ReplyDelete
  22. @All, makasih kunjungannya. Dari hati yang paling dalam admin mengucapkan minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin kepada semua mwbers... :)

    ReplyDelete
  23. berkunjung lagi kak, menunggu updat terbaru...

    ReplyDelete
  24. Berbuat dosa mudah berbuat pahala susah

    ReplyDelete
  25. Makannya jangan ikuti hawa nafsu jadinya mendiam dalam kerangkeng besi penjara

    Ibumu pasti kecewa nak

    ReplyDelete
  26. Solihin always foreverJuly 14, 2016 at 10:40 AM

    Ia bnr kt atas ane

    ReplyDelete
  27. di penjara menangis. Malah saling menyalahkan.Lah waktu memperkosa Keenakan.

    ReplyDelete
  28. Kumpulan Cerita SeruJuly 27, 2016 at 1:14 AM

    Api panas bro...

    ReplyDelete
  29. Rasanya gak perlulah nyalahin orang lain, karena kesalahan sebenarnya selalu ada pada diri sendiri. Daripada saling menyalahkan, lebih baik renungkan salah itu dan mulai memperbaiki diri. Ya kan?

    ReplyDelete
  30. мαdυмσє вlσgAugust 6, 2016 at 4:00 PM

    Betapa tersayatnya itu perasaan Abang, Kudil dan yang lain saat mendengar takbir, hemmmm.

    ReplyDelete

wdcfawqafwef