Rayuan Pulau Neraka

Ini sudah pukul sebelas malam lewat tapi saya belum juga bisa tidur. Udara sangat dingin dan hujan baru saja reda. Seharusnya cuaca seperti ini bisa membuat cepat tidur, tapi justru saya susah terlelap.

Saya lagi resah. Gelisah. Entah kenapa, tiba-tiba saja saat ini saya teringat dosa-dosa saya yang bertumpuk-tumpuk. Saya lagi berpikir, kok bisa-bisanya saya sampai numpuk-numpuk dosa padahal saya tau dosa-dosa itu akan membawa ke neraka, dan neraka itu tempat yang paling kagak enak. Ini sudah biangnya tolol.

Dosa itu dikelilingi oleh hal-hal yg tampaknya terasa enak, dan dihiasi dengan beragam keindahan-keindahan. Itulah yang membuat saya seperti orang tolol, padahal saya yakin sebenarnya saya kagak tolol-tolol amat. Tapi saya seperti keledai yang patuh saja dituntun dosa ke tempat yang kelihatannya nikmat dan indah itu. Padahal kenikmatan dan keindahan itu cuma fatamorgana. Kenikmatan semu, keindahan palsu.

Otak saya yang menurut saya pintar ternyata juga cuma kepintaran semu, bukan kepintaran sejati. Saya masih bisa dikelabui setan-setan anak buahnya iblis. Iblis itu calon tunggal presiden neraka. Dia lagi mencari rakyat untuk mengisi neraka yang akan dipimpinnya. Makanya dia selalu menipu manusia supaya mau melakukan dosa-dosa yang bisa menyeretnya ke neraka.

Saya sudah sering tertipu iblis. Iblis pandai merayu. Padahal saya tau dan sudah paham rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar karena kalau dilanggar itu akan menjerumuskan saya ke dalam neraka. Tapi saya tetap melanggarnya. Pengetahuan saya tidak berguna. Sia-sia. Pengetahuan saya tidak bisa untuk melawan rayuan iblis.

Iblis itu pandai merayu dari berbagai jurusan. Dia selalu mencari kelemahan manusia. Otak saya sudah saya isi dengan ilmu agama. Sebenarnya ilmu itu bisa menangkal rayuan iblis. Tapi iblis pantang menyerah. Dia selalu move on dan berusaha terus. Akhirnya dia menemukan kelemahan saya dengan merayu dan mempermainkan hawa nafsu saya. Hawa nafsu itulah yang juga merupakan kelemahan manusia pada umumnya.

Otak saya sudah dikalahkan oleh hawa nafsu yang buruk. Ilmu agama yang saya cari bertahun-tahun tak bisa bekerja diinjak-injak hawa nafsu yang buruk itu. Iblis telah memberi suplemen yang buruk-buruk pada hawa nafsu saya sehingga begitu liarnya hawa nafsu memporakporandakan isi otak saya. Saya tergelincir dan jatuh ke dalam lumpur dosa. Saya berontak tapi justru malah semakin dalam tersedot ke dalam dosa-dosa.

Kadang otak saya masih bisa bekerja. Saat itulah timbul penyesalan. Ilmu saya menyuruh bertaubat, dan taubat itu menciptakan suasana damai dan nyaman di hati. Tapi setan-setan seperti tak kenal lelah merayu pagi siang malam, mungkin tugasnya dibagi 3 shift. Hawa nafsu terus mereka cekoki suplemen keburukan sehingga akhirnya terus punya kekuatan untuk melumpuhkan otak dan akal sehat.

Dalam kegelisahan saya cuma bisa menangis dalam hati. Dosa-dosa ini sudah terlalu menumpuk, dan mungkin masih akan terus bertambah tumpukannya. Apalagi dunia ini sudah makin banyak dipenuhi oleh hal-hal yang disukai hawa nafsu yang buruk. Otak tambah rusak. Ilmu agama makin luntur.

Saya cuma tinggal berharap pada do'a. Setiap datang penyesalan saya selalu berdo'a agar diberi kekuatan untuk mengalahkan hawa nafsu yang buruk. Betapa pun bertumpuknya dosa saya, saya yakin Allah selalu memperhatikan do'a hambaNya. Allah Maha Mendengar, Allah Maha Pengampun, Allah Maha Pemberi Petunjuk. Ya Allah, dengarkanlah do'a saya, ampunilah saya dan tunjukilah saya ke jalan yang Engkau ridhoi. Aamiin...

Tweet